Kamis, 04 November 2010

WISUDA HANYALAH SEBUAH PERMULAAN

Pastinya kita semua sudah tahu bahwa wisuda hanyalah merupakan pelepasan secara resmi mahasiswa/i oleh universitas/sekolah tinggi, ia hanyalah merupakan simbolik bahwa sorang mahasiswa/i telah menyelesaikan pendidikannya. Tapi yang jauh lebih penting adalah hal-hal setelah wisuda itu sendiri, mau ke manakah kita? Mencari kerja atau meneruskan kuliah lagi? Sudah siapkah kita untuk menghadapi dunia kerja?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita flashback ke masa studi kita dulu, berapa buku yang harus kita baca, berapa makalah kuliah yang harus kita buat, berapa laporan yang harus kita susun, berapa banyak praktikum yang harus kita jalani, KKN dan PPL (KP) yang harus kita lalui, berapa sering dan lama kita harus menunggu dosen untuk bimbingan atau minta tanda tangan, belum lagi ujian pendadaran yang harus kita ikuti, dan lain sebagainya. Memang harus diakui untuk menjadi seorang sarjana tidaklah mudah. Namun itu adalah yang terbaik untuk kita sebagai bekal kita di masa mendatang.

Masih dalam rangka flashback, selama kita studi tentu ada yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga kita bisa terus mengenyam bangku pendidikan. Siapakah mereka? Betul sekali, mereka adalah kedua orang tua kita. Jangan tanyakan berapa yang harus kita bayarkan untuk pengorbanan mereka. Doa, cinta, kasih sayang, dan motivasi ibu/bapak tentunya tidak bisa dirupiahkan. Berapa banyak rupiah yang telah mereka keluarkan untuk membiayai kuliah kita, perjuangan dan dedikasi mereka agar sianak tetap bisa mengenyam bangku kuliah sampai akhir, mereka rela hidup sederhana asalkan setiap bulan bisa mengirim uang untuk anaknya, serta hal-hal lainnya yang telah mereka berikan dengan tulus dan tanpa meminta imbalan apapun. Mereka hanya ingin anak mereka menjadi orang yang sukses, yang taraf kehidupannya lebih baik dari mereka sekarang. Itulah mereka yang selalu bersedia apa saja untuk masa depan putra/inya, pantaskah bila kemudian kita mengecewakan mereka?

Kembali ke pertanyaan-pertanyaan tersebuat di atas. Saat prosesi wisuda, tentunya seorang mahasiswa senang sekaligus bangga, tapi di sisi lain rata-rata mahasiswa bingung ke mana harus mencari kerja, bayangan pengangguran intelektual di depan mata. Sementara orang tua sudah mengelontorkan biaya hingga titik penghabisan. Tentuanya orang tua menginginkan si anak menjadi orang yang bekerja dan mapan, jangan sampai menjadi pengangguran terdidik.

Sebagai informasi, angka pengangguran terdidik terutama sarjana makin meningkat tajam. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) februari 2009, jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,26 juta orang. Kalangan sarjana menjadi penyumbang terbesar. Sedikitnya lapangan pekerjaan menjadi kendala utama, serta persaingan yang semakin ketat. Berbeda dengan lulusan SMA dan Diploma, lebih sedikit yang menganggur dibanding sarjana. Alih-alih ingin menjadi manager pabrik, panggilan untuk interview tak jua datang. Kalaupun ada, biasanya marketing (sales door to door).

Nyaris tak ada lowongan kerja level menengah yang tak dibanjiri sarjana. Kondisi ini memprihatinkan. Sementara krisis keuangan global makin membuat para sarjana kesulitan untuk mendapatkan kesempatan kerja. Data Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan, perguruan tinggi (PT) di Indonesia tahun 2009 menciptakan 900.000 sarjana menganggur. Tiap tahun rata-rata 20% lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran.

Setidaknya ada 3 faktor besar yang menyebabkan banyaknya pengangguran di tingkat sarjana, yaitu: Pertama adalah faktor eksternal, yaitu menyempitnya lapangan kerja yang ada, pesatnya lulusan PT tidak diimbangi dengan permintaan dari dunia usaha. Kedua dari PT, kebanyakan PT tidak mempersiapkan para lulusan untuk memiliki kompetensi yang memadai dan menjadikan mahasiswa mandiri. Dan, yang ketiga adalah faktor internal, yaitu dari sarjana itu sendiri, ketika kuliah mereka justru tidak memanfaatkan waktu untuk mengambil ilmu semaksimal mungkin.

Pada selembar kertas kehidupan saudara, Anda pasti sudah menuliskan sebuah kerangka kehidupan entah itu berada pada poin empat, poin enam, atau poin sembilan, sebuah kalimat utama: “saya adalah seorang S.Pd.I, SH, SE, ST, atau S, S, yang lainnya. Saudara kita telah ditempa walaupun masih perlu kita tajamkan lagi agar menjadi pisau yang berguna, kita telah melewati banyak rintangan-rintangan jeram perkuliahan yang memahirkan dan mematangkan pengetahuan, pengalaman, emosi, dan spiritual kita.

Hal yang harus kita ketahuai adalah bahwa wisuda hanyalah merupakan permulaan lembaran kehidupan kita yang baru untuk menjadi seorang yang lebih dewasa, lebih matang, dan lebih bisa mandiri. Mungkin saat masih kuliah masih ada yang bermalas-malasan dan belum mempunyai rencana yang jelas untuk kehidupan di masa depannya, sekarang bukanlah saatnya, jangan dibawa sikap-sikap tersebuat. Sekarang adalah saatnya untuk bertindak untuk menjadi pejuang bagi masa depan, berjuanglah karena itu sudah menjadi bagian dari diri kita. Berusahan dan senantiasa memohon kepada-Nya untuk kemudahan jalan Anda dalam mengapai mimpi-mimpi Anda. Karena saya yakin saudara punya mimpi-mimpi besar untuk masa depan Anda.

TIPS MOTIVASI DIRI


Seringkali rutinitas, dan berbagai masalah yang datang silih berganti setiap hari membuat kita kehilangan motivasi untuk mendapatkan yang lebih baik dalam kehidupan. Hingga semua tujuan kita mengabur dan lama-lama menghilang. Berikut kami sampaikan tujuh cara untuk mendapatkan motivasi setiap hari:

1. Ciptakan Hasrat - Lihat imbalan dari usaha Anda secara jelas. Cara ini memberikan banyak motivasi untuk membuat rencana Anda cepat terwujud. Bayangkan rumah impian Anda setiap hari, dan ini akan memberikan Anda dorongan untuk menjadikannya nyata.


2. Ciptakan Rasa Sakit - Dalam program Neuro-Linguistic mereka mengajarkan pada Anda untuk menghubungkan rasa sakit dengan tidak melakukan tindakan. Gambaran kekasih Anda keluar dengan orang lain, saat Anda menyaksikan itu dengan diam-diam, hal itu mungkin membuat Anda termotivasi membicarakan hal-hal yang Anda hindari dengan pasangan Anda.

3. Bicarakan Rencana Anda - Bicaralah pada pasangan Anda tentang rencana Anda, atau tuliskan dalam selembar kertas apa yang akan Anda lakukan lalu tempelkan di kulkas.

4. Miliki Sebuah Ketertarikan yang Nyata - Jika tak ada ketertarikan sama sekali Anda mungkin perlu melakukan sesuatu, untuk itu buat sebuah tujuan besar dalam pikiran Anda.

5. Miliki Energi - Kafein akan memberikan rasa sehat untuk sesaat, tapi dalam satu atau lain cara, Anda membutuhkan energi lebih sebagai motivasi untuk setiap hari, misalnya dengan olah raga atau tidur cukup.

6. Ciptakan Keseimbangan Mental - Sangat sulit untuk menemukan motivasi jika Anda dalam keadaan tertekan. Hilangkan beberapa perasaan negatif Anda, atau pada akhirnya pilih kerjakan pekerjaan penting saat Anda dalam mood yang bagus.

7. Ambil Sebuah Langkah Kecil - Lakukan pengumpulan untuk satu tas besar daun-daun di halaman. Dan denagn segera Anda akan membersihkan halaman. Setiap sebuah langkah kecil yang Anda ambil untuk mencapi tujuan akan memberikan motivasi pada Anda setiap hari. (buzz/erl)

MENGISI WAKTU


ISLAM memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, bahkan dituntunnya umat manusia untuk mengisi seluruh ‘ashr (waktu)-nya dengan berbagai amal dengan mempergunakan semua daya yang dimilikinya. Sebelum menguraikan lebih jauh tentang hal ini, perlu digarisbawahi bahwa sementara kita ada yang memahami bahwa waktu hendaknya diisi dengan beribadah (dalam pengertian sempit). Mereka merujuk kepada firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang menyatakan, dan memahaminya dalam arti

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.

Pemahaman dan penerjemahan ini menimbulkan kerancuan, karena memahami lam (li) pada li ya’budun dalam arti “agar”. Dalam bahasa Al-Quran, lam tidak selalu berarti demikian, melainkan juga dapat berarti kesudahannya atau akibatnya. Perhatikan firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 8 yang menguraikan dipungutnya Nabi Musa a.s. oleh keluarga Fir’aun.

Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah (QS Al-Qashash [28]: 8).


Kalau lam pada ayat di atas diterjemahkan “agar”, maka ayat tersebut akan berarti, “Maka dipungutlah ia (Musa) oleh keiuarga Fir’aun ‘agar’ ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.” Kalimat ini jelas tidak logis, tetapi jika lam dipahami sebagai akibat atau kesudahan, maka terjemahan di atas akan berbunyi, “Maka dipungutlah ia (Musa) oleh keluarga Fir’aun, dan kesudahannya adalah ia menjadi musuh bagi mereka.”

Kembali kepada ayat Adz-Dzariyat di atas, dapat ditegaskan bahwa Al-Quran menuntut agar kesudahan?آ semua?آ pekerjaan hendaknya menjadi ibadah kepada Allah, apa pun jenis dan bentuknya. Karena itu, Al-Quran memerintahkan untuk melakukan aktivitas apa pun setelah menyelesaikan ibadah ritual.

Apabila telah melaksanakan shalat (Jumat), bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan selalu ingatlah Allah supaya kamu beruntung (QS Al-Jum’ah [62]: 10).

Dari sini ditemukan bahwa Al-Quran mengecam secara tegas orang-orang yang mengisi waktunya dengan bermain tanpa tujuan tertentu seperti kanak-kanak. Atau melengahkan sesuatu yang lebih penting seperti sebagian remaja, sekadar mengisinya dengan bersolek seperti sementara wanita, atau menumpuk harta benda dan memperbanyak anak dengan tujuan berbangga-bangga seperti halnya dilakukan banyak orangtua.

Ketahuilah bahwa kehidupan dunia (bagi orang yang tidak beriman) hanyalah permainan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbanggaan tentang banyaknya harta dan anak (QS 57: 20 dan baca Tafsir ibnu Katsir serta Tafsir Al-Manar) .

Kerja atau amal dalam bahasa Al-Quran, seringkali dikemukakan dalam?آ bentuk?آ indefinitif?آ (nakirah).?آ Bentuk ini oleh pakar-pakar bahasa dipahami sebagai memberi makna keumuman, sehingga amal yang dimaksudkan mencakup segala macam dan jenis kerja. Perhatikan misalnya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 195.

Aku (Allah) tidak mensia-siakan kerja salah seorang di antara kamu baik lelaki maupun perempuan.

Al-Quran tidak hanya memerintahkan orang-orang Muslim untuk bekerja, tetapi juga kepada selainnya. Dalam surat Al-An’am ayat 135 dinyatakan.

Hai kaumku (orang-orang kafir), berbuatlah sepenuh kemampuan (dan sesuai kehendak). Aku pun akan berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia/akhirat.

Bahkan Al-Quran tidak hanya memerintahkan asal bekerja saja, tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati. Al-Quran tidak memberi peluang kepada seseorang untuk tidak melakukan suatu aktivitas kerja sepanjang saat yang dialaminya dalam kehidupan dunia ini. Surat Al-’Ashr dan dua ayat terakhir dari surat?آ Alam Nasyrah menguraikan secara gamblang mengenai tuntunan di atas.

Dalam surat Alam Nasyrah, terlebih dahulu ditanaman optimisme kepada setiap Muslim dengan berpesan,

… karena. sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (QS 94: 5-6).

Maksudnya, sesungguhnya bersama satu kesulitan yang sama terdapat dua kemudahan yang berbeda. Maksud ini dipahami dari bentuk redaksi ayat di atas. Terlihat bahwa kata al-ushr terulang?آ dua?آ kali dan keduanya dalam bentuk definitif (ma’rufah) yakni menggunakan alif dan lam (al), sedangkan kata yusra juga terulang dua kali tetapi dalam bentuk indefinitif, karena tidak menggunakan alif dan lam. Dalam kaidah kebahasaan dikemukakan bahwa apabila dalam suatu susunan terdapat dua kata yang sama dan keduanya berbentuk definitif, maka keduanya bermakna sama sedangkan bila keduanya berbentuk indefinitif, maka ia berbeda.

Setelah berpesan demikian, kembali surat ini memberi petunjuk kepada umat manusia agar bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu pekerjaan walaupun baru saja menyelesaikan pekerjaan yang lain, dengan menjadikan harapan senantiasa hanya tertuju kepada Allah Swt.

Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS 94: 7).

Kata faraghta terambil dan kata faragha yang ditemukan dalam Al-Quran?آ sebanyak?آ enam?آ kali?آ dengan?آ berbagai?آ bentuk derivasinya. Dari segi bahasa, kata tersebut berarti kosong setelah?آ sebelumnya?آ penuh,?آ baik secara material maupun imaterial. Seperti gelas yang tadinya dipenuhi, oleh air, kemudian diminum atau tumpah sehingga gelas itu menjadi kosong. Atau hati yang tadinya gundah dipenuhi oleh ketakutan dan kesedihan, kemudian plong, semua digambarkan dengan akar kata ini. Perlu digarisbawahi bahwa kata?آ faragh?آ tidak digunakan?آ selain?آ pada?آ kokosongan?آ yang didahului oleh kepenuhan, maupun keluangan yang didahului oleh kesibukan.

Dari sini jelas bahwa kekosongan yang dimaksud harus didahului oleh adanya sesuatu yang mengisi “wadah” kosong itu. Seseorang yang telah memenuhi waktunya dengan pekerjaan, kemudian ia menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka jarak waktu antara selesai pekerjaan pertama dan dimulainya pekerjaan selanjutnya
dinamai faragh.

Jika Anda berada dalam keluangan (faragh) sedangkan sebelumnya Anda telah memenuhi waktu dengan kerja keras, maka itulah yang dimaksud dengan fan-shab. Kata fan-shab antara lain berarti berat, atau letih. Kata ini pada mulanya berarti menegakkan sesuatu sampai nyata dan mantap, seperti halnya gunung. Allah Swt. berfirman,

Apakah mereka tidak melihat unta bagaimana diciptakan, dan kepada langit bagaimana ditinggiikan, dan kepada gunung bagaimana ditegakkan sehingga menjadi nyata (QS 88: 17-19).

Kalimat terakhir pada terjemahan di atas dijelaskan oleh Al-Quran dengan kata yang berakar sama dengan fan-shab yaitu nushibat dalam kalimat Wa ilal jibali kaifa nushibat. Dari kata ini juga dibentuk kata nashib atau “nasib” yang biasa dipahami sebagai “bagian tertentu yang diperoleh?آ dari kehidupan yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata, jelas, dan sulit dielakkan”.

Kini setelah arti kosakata diuraikan– dapatlah kita melihat beberapa kemungkinan terjemahan ayat 7 dan 8 dari surat Alam Nasyrah di atas.

Apabila engkau telah berada dalam keluangan (setelah tadinya engkau sibuk), maka (bersungguh-sungguhlah bekerja) sampai engkau letih, atau tegakkanlah (suatu persoalan baru) sehingga menjadi nyata.

Ayat ini seperti dikemukakan di atas– tidak memberi peluang kepada Anda untuk menganggur sepanjang masih ada masa, karena begitu Anda selesai dalam satu kesibukan, Anda dituntut melakukan kesibukan 1ain yang meletihkan atau menghasilkan karya nyata, guna mengukir nasib Anda.

Nabi Saw. menganjurkan umatnya agar meneladani Allah dalam sifat?آ dan?آ sikap-Nya sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk. Dan salah satu yang perlu dicontoh adalah sikap Allah yang dijelaskan dalam surat Ar-Rahman ayat 29.

Setiap saat Dia (Allah) berada dalam kesibukan.

—————-

MENIMBANG FATWA HARAM ROKOK

PENIKMAT rokok dan industri rokok dirundung cemas.Ini terkait rencana pertemuan Itjima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Se-Indonesia di Padang Panjang,Sumatera Barat, 23–26 Januari 2009.

Mereka cemas karena sangat mungkin kebiasaan dan bisnis yang mereka jalankan selama ini akan diharamkan. Jikafatwatersebutbenar-benarturun,hampirdipastikan tingkat konsumsi rokok akan anjlok karena mayoritas perokok adalah umat Islam.
Lalu bagi industri rokok Tanah Air fatwa ini akan menjadi alamat buruk bagi masa depan usaha mereka. Munculnya penggiringan wacana merokok ke dalam aturan agama bersumber dari satu persoalan pokok, yakni dampak terhadap kesehatan manusia.

Fakta memang menunjukkan racun utama pada rokok seperti tar, nikotin, dan karbon monoksida membuat pengisap asap rokok mengalami risiko 14 kali lebih besar terkena kanker paruparu, mulut, dan tenggorokan, dan puluhan jenis penyakit membahayakan lainnya.

Alasan inilah yang menjadi landasan moral untuk mendorong ulama mengeluarkan fatwa haram.Untuk lebih meyakinkan bahwa merokok tidak sekadar makruh seperti diyakini sebagian besar ulama saat ini, kalangan profatwa haram mencoba menganalogikan akibat dari perilaku mengonsumsi rokok seperti mengonsumsi minuman keras, yaitu membahayakan—baik harta maupun badan.

Bisa dipastikan pula upaya mengharamkan rokok tidak akan semudah membalik tangan. Teriakan menentang fatwa haram jauh hari sudah nyaring terdengar.Bukan hanya dari kalangan pengusaha dan perokok, petani tembakau, buruh pabrik,dan pemerintah pun merasa terancam.

Bisa dibayangkan bagaimana nasib petani di Temanggung dan Madura jika tembakau yang selama ini menjadi gantungan hidup mereka tidak bisa dijual. Bagaimana jadinya jika puluhan ribu buruh linting di PT Gudang Garam, HM Sampoerna, Djarum, dan Bentoel tidak lagi bisa bekerja karena pabrik mereka gulung tikar.

Menurut catatan, tidak kurang dari 6,4 juta penduduk Indonesia bergantung pada industri rokok, dengan efek ganda mencapai 20 juta orang,yaitu mereka yang membuka usaha penitipan sepeda, kantin, maupun kontrakan dan sebagainya. Pemerintah juga tak kalah kelabakan.

Dari cukai rokok saja pemerintah bisa meraup pemasukan Rp50 triliun atau setara 5% APBN 2008 yang mencapai Rp1.000 triliun. Jumlah ini belum termasuk pemasukan dari iklan, percetakan,dan sektor industri lain yang terkait rokok.Dana sebesar ini sangat bermanfaat untuk membiayai program pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur.

Melihat kontribusi nyata ini, tentu para ulama harus melakukan pendekatan yang arif dan bijaksana, sehingga fatwa yang akan diambil tidak menimbulkan problem baru yangtakkalahberatnya.Apalagiditengah merebaknya PHK massal akibat krisis global.

MUI bisa mengambil opsi jalan tengah dengan menunda fatwa haram sembari menunggu semua pihak sudah siap menerima fatwa tersebut.Penundaan bisa disesuaikan dengan tahapan orientasi industri rokok,yakni periode 2007–2010 (pro-income),2010–2015 (pro-job),dan 2015–2020 (pro-health).

Atau jika kondisi masyarakat menjadi pertimbangan utama, MUI tidak mengharamkan rokok, tapi mendorong berjalanan sistem yang membatasi ruang gerak konsumsi rokok. Pilihan ini berdasarkan realitas bahwa aturan larangan merokok seperti diterapkan DKI Jakarta melalui Perda No 2/2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ternyata tidak efektif.

MUIbisajugamendorongpemerintah-pemerintahdaerah dan pemerintah pusat agar merevisi atau membuat aturan larangan rokok lebih tegas dan dengan sanksi lebih keras.Denganadanya punishment yang lebih menakutkan, masyarakat yang terbiasa seenaknya merokok akan berpikir ulang.

Selainitu,MUImengeluarkanrekomendasiyangmeminta pemerintah pusat membatasi peredaran rokok seperti halnya pengaturan penjualan minuman keras,meningkatkan besaran cukai rokok,atau mengencangkan tensi peringatan bahaya merokok seperti tertera di bungkus rokok selama ini.

Seperti di Eropa, peringatan bahaya rokok tidak cukup dengan pengumuman ”Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,impotensi dan gangguan kehamilan”, tapi disertai gambar yang mempertunjukkan penyakit yang diderita perokok.Jika peraturan daerah maupun peraturan pemerintah serius dijalankan, tanpa fatwa haram pun jumlah perokok akan berkurang dengan sendirinya.(*)

KONTRIBUSI PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN


1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dariberbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8.Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
9.Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.
10Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
11.Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
12.Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Rabu, 03 November 2010

INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

  • pengertan individu
Pengertian individu berasal dari kata latin "individium" yang artinya yang tak terbagi, kata individu merupakan sebutan yang dapat menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A.lysen.
  • pengertian keluarga
Ada beberapa pandangan atau anggapan keluarga. Menurut Sigmud Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan antara pria dan wanita, bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan adanya libido seksualis. Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri. Perlu kita ketahui bahwa nafsu seksual harus dijuruskan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh norma hidup.namun kehidupan seksual itu tidak langgeng sebab seksualitas seseorang akan mati sebelum manusia itu sendiri mati. kehidupan seksual manusia akan berubah-ubah dari masa ke masa, daari umur ke umur, dari keadaan satu ke keadaan yang lain. Oleh karena itu apabila keluarga itu benar-benar didasari atas kehidupan seksual, maka keluarga itu akan lebih goyah terus dan akan segera pecah setelah kehidupan seksual suami istri itu hilang. hal itu kurang realistis, lain halnya adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun pada hasrat atau nafsu berkuasa. Tetapi inipun kurang realistis sebab menurut nalar keluarga yang dibangun atas dasar nafsu untuk menguasai itu tidak akan sejahtera.Padahal yang dicita-citakan keluarga adalah hidup bahagia dan sejahtera. Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagia hasil faktor-faktor politik, ekonomi, dan lingkungan. Ki Hajar Dewantara sebagai seorang tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang terikat satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak , dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
  • pengertian masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektifa-kolektifa serta kelompok lebih baik atau sub-kelompok. Prof. M. M. Djojodiguno berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antar manusia dengan manusia.
Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup bersama.
dan intinya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam keadaan lingkungannya. Tatanan kehidupan dan norma-norma yang mereka miliki dalam kehidupan bermasyarakat itulah yang menjadi dasar sosial dalam lingkungan mereka,sehingga dapat membentuk suatu kelompok suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri yang khas
Dalam pertumbuhan dan perkembangan nya masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu masrakat sederhana dan masyarakat maju

Hubungan antar individu, masyarakat, dan keluarga.
A. makna individu
Manusia adalah mahluk individu, mahluk individu berarti mahluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya. Para ahli psikologi modern menegaskan bahwaa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, senagai kesatuan kegiatan jiwa dan raganya
B. makna keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita
sifat-sifat penting dalam kehidupan berumah tangga :
  1. Hubungan suami - istri.
  2. Bentuk perkawinan dimana suami istri itu diadakan dan dipelihara.
  3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan.
  4. Milik atau harta benda keluarga.
  5. Rumah / tempat tinggal bersama anggota keluarga.
C. makna masyarakat
definisi masyarakat tidak sedikit. Para ahlipun telah mendefinisikan makna masyarakat dari pendapat mereka masing-masing. Diantaranya adalah :
  1. R . Linton : seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
  2. M. J. Herskovist : masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
  3. J. L. Gillin & J. P. Gillin : masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
  4. S. R. Steintmetz : masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan erat dan teratur.
Menurut Ellwood, faktor-faktor yang menyebabkan manusia hidup bersama, adalah ;
  • Dorongan untuk mencari makan
  • dorongan untuk mempertahankan diri
  • dorongan untuk melakukan jenis